
PT Pelayaran Nasional Ekalya Purnamasari Tbk (ELPI) has secured contracts worth IDR 900 billion this year. Pelayaran Nasional Ekalya Purnamasari President Director Eka Taniputra said that ELPI's potential revenue could reach around IDR 2.3 trillion in 2026. "Currently, there are several tenders underway. We are waiting for good news from the management team," he explained in a public presentation on Thursday (24/4).
Eka said that if the tender is decided and ELPI is named the winner, ELPI will begin building new ships to serve the contract. “We have decided to add several new ships to support the potential contract worth IDR 2.3 trillion,” he said.
The details are as follows: one multicat vessel, five Tug & Barge vessels, six to seven offshore support vessels, and one to three fast combat boats (FCB). To purchase new vessels, ELPI has prepared a capital expenditure (capex) budget of Rp 1 trillion for this year.
Source: Kontan
PT Pelayaran Nasional Ekalya Purnamasari Tbk (ELPI) mencatat lonjakan permintaan jasa galangan kapal, baik untuk pembangunan kapal baru maupun jasa reparasi. Untuk mengantisipasi tren ini, perusahaan berencana meningkatkan kapasitas produksi hingga 30%.
Corporate Secretary ELPI, Wawan Heri Purnomo, menjelaskan bahwa saat ini tingkat utilisasi dua galangan milik ELPI—yang berlokasi di Gresik dan di kawasan Samarinda-Balikpapan—sudah mencapai batas maksimum.
“Secara kapasitas, kami sudah penuh. Satu galangan mampu menangani sekitar 1.500 ton per tahun, dan saat ini order sudah overload. Karena itu, ekspansi menjadi langkah strategis untuk menangkap peluang pasar,” ujarnya, Kamis (4/9/2025).
Permintaan Tinggi, ELPI Tolak Order Eksternal
Permintaan pasar saat ini lebih banyak datang dari sektor reparasi dan pemeliharaan kapal. Namun secara kapasitas, pembangunan kapal baru masih mendominasi karena bisa dihitung secara pasti berdasarkan ukuran dan spesifikasi kapal.
“Kalau reparasi lebih fluktuatif. Tapi untuk kapal baru—misalnya 30 atau 40 meter—kapasitas produksinya jelas dan bisa direncanakan,” kata Wawan.
Saat ini ELPI tengah mengerjakan sembilan unit kapal baru, mulai dari multipurpose vessel, tug and barge, hingga crew boat. Proses pembangunan memakan waktu 16 hingga 18 bulan, termasuk uji laik laut dan proses klasifikasi.
“Karena kapasitas sudah penuh, kami bahkan menolak beberapa permintaan eksternal untuk pembuatan kapal. Namun, jasa reparasi tetap kami layani demi menjaga relasi dengan pelanggan,” tambahnya.
Tantangan: Impor Bahan Baku dan Tekanan Kapal Bekas Asal Tiongkok
Meski optimistis dengan potensi pasar, Wawan menyoroti sejumlah tantangan yang masih membayangi industri galangan kapal nasional. Salah satunya adalah tingginya ketergantungan terhadap impor bahan baku dan komponen, seperti mesin utama, generator, baling-baling, hingga komponen kecil.
“Mesin kapal sifatnya customized, jadi produsen baru memproduksi setelah ada permintaan. Ini membuat rantai pasok menjadi lebih panjang dan kompleks,” ungkapnya.
Selain itu, persaingan dengan kapal bekas dari Tiongkok juga menjadi tantangan tersendiri. Kapal bekas berusia 10 tahun masih banyak diminati karena harganya yang jauh lebih murah dibanding membangun kapal baru di dalam negeri.
“Kalau tidak ada regulasi yang membatasi usia kapal impor, tren pembelian kapal bekas akan terus menekan pertumbuhan industri galangan nasional,” tegas Wawan.
Dorongan Regulasi Diperlukan
ELPI menilai perlunya kebijakan yang lebih berpihak pada industri maritim dalam negeri, termasuk insentif fiskal dan pembatasan usia kapal impor. Dengan dukungan regulasi yang tepat, perusahaan yakin industri galangan kapal nasional bisa tumbuh lebih kompetitif dan berkelanjutan.
Sumber: Jagat Bisnis

PT Pelayaran Nasional Ekalya Purnamasari Tbk (ELPI) memperkuat struktur permodalan anak usahanya, PT ELPI Trans Cargo (ETC), anak usaha ELPI yang bergerak di bidang jasa pengangkutan logistik dan kargo.
Dalam aksi korporasi tersebut, ELPI menyetor tambahan modal sebesar Rp9,9 miliar melalui penerbitan 9.900 saham baru. Sementara rekan strategisnya, PT Kreasi Cipta Timur (KCT), menambah modal sebesar Rp100 juta dengan 100 saham.
Meski demikian, komposisi kepemilikan ETC tetap tidak berubah, yakni ELPI masih memegang 99 persen saham atau senilai Rp29,7 miliar, sedangkan KCT menguasai 1 persen saham senilai Rp300 juta.
Manajemen ELPI mengungkapkan, penambahan modal tersebut akan berdampak positif terhadap likuiditas, stabilitas keuangan, serta kapasitas operasional anak usaha tersebut.
"Dengan tambahan modal ini, likuiditas ETC semakin baik. Hal ini mendukung stabilitas keuangan dan memberikan potensi peningkatan pendapatan yang akan terkonsolidasi ke dalam laporan keuangan ELPI secara menyeluruh," tulis manajemen dalam keterbukaan informasi BEI, Jumat (1/8/2025).
Sumber: IDX Channel